Muhammad Nuh: Keaksaraan Sosial harus ditingkatkan

Kendari-PAUDNI. Peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) ke 49 tahun 2014 diselenggarakan di kota Kendari, Sulawesi Tenggara berlangsung meriah. Berbagai kegiatan digelar untuk memeriahkan acara puncak HAI ke 49. Seperti Pameran, Rakor Evaluasi Capaian Program Dikmas, Festival TBM, Gebyar PAUD Provinsi Sultra dan Rakor Bunda PAUD. Sebelumnya serangkaian kegiatan juga telah dilaksanakan. Seperti lomba peserta didik keaksaraan, lomba publikasi bagi wartawan dan umum tentang keaksaraan, seleksi penghargaan dan anugerah aksara bagi kepala daerah dan penilaian kinerja SKB berprestasi, serta Taman Bacaan Kreatif.

Peringatan HAI ke 49 diakhiri dengan upacara puncak Peringatan HAI ke 49 yang selenggarakan pada 20 September 2014. Acara yang dipusatkan di alun-alun Kompleks MTQ Kendari, Sulawesi Tenggara itu dihadiri Menteri Pendidikan dan Kebudayan, Muhammad Nuh, Gubernur Sulawesi Tenggara, Nur Alam, Anggota DPR sekaligus Duta Aksara, Nur Komar dan para Gubernur dan Bupati serta Walikota penerima penghargaan Anugerah Aksara 2014.

Tidak ketinggalan sejumlah pejabat di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga ikut memeriahkan upacara puncak HAI ke 49 tersebut. Seperti Plt. Dirjen PAUDNI, Hamid Muhammad, Sekretaris Ditjen PAUDNI, Ella Yulaelawati Rumindasari, MA, Ph.D, Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Dr Wartanto, Direktur Pembinaan Kursus dan Pelatihan, Muslikh, SH dan Direktur Pembinaan PAUD, Dr. Erman Syamsuddin, serta Inspektur I, Ibu Karya Ningsih.

Dalam kesempatan itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh menyerahkan penghargaan “Anugerah Aksara 2014” kepada tiga Gubenur dan sembilan Bupati serta satu Walikota. Penghargaan ini diberikan atas dedikasi dan keberhasilannya dalam upaya mengentaskan buta aksara di daerahnya.

Selain itu Muhammad Nuh juga memberikan penghargaan bagi para pemenang lomba dan penyerahan secara simbolis buku kurikulum 2013 kepada perwakilan siswa dan guru mulai dari tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Mendikbud juga menandatangani prasasti lembaga satuan pendidikan formal dan informal.

Saat menyampaikan sambutannya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh mengaku bersyukur atas capaiannya dalam pemberantasan buta aksara. Dalam pandangan Nuh, keaksaraan memegang peranan penting. Sebab tanpa mengenal keaksaraan, tidak mungkin dapat mengembangkan keilmuan dan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM).

Karena itu Nuh menyarankan agar dilakukan upaya untuk meningkatkan keaksaraaan, baik keaksaraan alfabetik dan numerik. Hanya saja sesuai perkembangan zaman, kata Nuh, keaksaraan tidak cukup hanya keaksaraan alfabetik dan numerik. Namun harus ditingkatkan pada keaksaraan informasi atau keaksaraan sosial. “Keaksaraan sosial inilah yang harus ditingkatkan,”tegas Nuh.

Pendidikan Menjadi Penggerak Utama

Lebih jauh Muhammad Nuh menjelaskan ada tiga macam penyakit sosial yang kerap menghinggapi masyarakat. Bila suatu masyarakat atau bangsa mengindap penyakit sosial itu akan mengalami kemunduran. Tiga penyakit sosial itu adalah kemiskinan, ketidaktahuan, dan keterbelakangan peradaban. “Siapapun tidak akan bisa menikmati kehidupan ini kalau mereka terjerat tiga penyakit sosial tersebut,”kata Nuh.

Karena itulah, lanjut Nuh, program-program pemerintah baik di pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupaten dan kota selalu ada program utama mengentaskan kemiskinan. Program ini dilaksanakan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan membangun peradaban di daerahnya.

Terkait penyakit sosial tadi, Nuh mengingatkan pendidikan merupakan “pisau” yang dapat memotong mata rantai tiga penyakit sosial tadi. Artinya jelas Nuh, pendidikan bisa mengentaskan kemiskinan. Pendidikan juga dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan peradaban yang unggul. “Karena itulah kami memberikan apresiasi kepada siapapun yang mempunyai komitmen dan dedikasi untuk meningkatkan kualitas dan akses pendidikan,”kata Nuh.

Di bagian lain, Nuh juga menjelaskan, kualitas suatu bangsa sangat ditentukan dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut, ada tiga hal yang menentukan, yakni pendidikan, kesehatan dan pendapatan perkapita. Dari ketiga hal tersebut yang menjadi penggerak utama adalah pendidikan.

Hasil studi Bank Dunia menyebutkan, pendidikan dapat menjadi penggerak utama pendapatan perkapita dan kesehatan. “Saya memberikan penghargaan kalau ada yang terus menerus meningkatkan pendidikan,” kata Nuh.

Menyinggung mengenai persoalan pendidikan selama ini, Nuh menjelaskan ada dua persoalan pendidikan. Yakni persoalan akses dan kualitas. Persoalan akses yang menjadi hambatan adalah status sosial ekonomi masyarakat dan kewilayahannya.

Oleh karena itu lanjut Nuh, program yang ia canangkan adalah memberikan akses secara khusus meski ada hambatan secara sosial ekonomi. Program seperti BOS, Beasiswa, atau Bidik Misi pada dasarnya ingin memberikan akses itu tanpa pandang bulu. “Sebab pendidikan adalah hak dasar setiap warga negara,” jelas Nuh.

Meski akses sudah dibangun, lanjut Nuh, mutu pendidikan tidak bisa ditinggalkan. Ada dua persoalan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Yakni kualitas dan ketersediaan guru serta kurikulum. Karena itu kedua hal tersebut menjadi agenda utama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam meningkatkan mutu pendidikan. “Saya berharap dengan peningkatan guru yang terus dilakukan dan disertai pengembangan kurikulum, tahun demi tahun kualitas pendidikan semakin meningkat,”kata Nuh. (Bambang/HK)

http://paudni.kemdiknas.go.id/berita/5659.html

Komentar anda

Tweet