TBM Miliki Hubungan Erat Bentuk Peradaban Bangsa
- Detail:
- Diterbitkan pada Selasa, 23 September 2014 10:02
- Ditulis oleh informasi_
Kendari-PAUDNI – Dengan menguasai pengetahuan, masyarakat menjadi berbudaya, dan pada tingkatan berikutnya menjadi masyarakat beradab. Fungsi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) erat kaitannya dengan peradaban suatu bangsa. Melalui TBM, masyarakat diajak untuk memiliki pengetahuan melalui kemampuan baca, tulis, hitung (calistung).
Demikian disampaikan Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal PAUDNI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Wartanto, sebelum membuka secara resmi Festival Taman Bacaan Masyarakat 2014 di Alun-alun MTQ, Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (18/9/2014).
Dalam sambutannya, ia menjelaskan, seseorang yang beradab memiliki sikap mental yang mendukung setiap pembangunan. Ia juga memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mendukung kemajuan bangsa, dan ia adalah seseorang yang memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan. “Nah, orang yang beradab ini bisa tercapai, kalau orang itu sudah memiliki kebudayaan. Ia sudah membudayakan dirinya dengan sikap mental yang diperoleh melalui proses setiap hari. Orang yang berbudaya adalah orang yang sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui proses pendidikan,” papar Wartanto.
Menurutnya, orang yang berpendidikan adalah orang yang sudah pasti menguasai pengetahuan dasar melalui kemampuan calistung. “Tidak mungkin seseorang yang tidak menguasai pengetahuan, dapat menjadi orang yang terdidik, berbudaya, sampai pada orang yang beradab. Maka, hubungan antara kemampuan calistung atau program keaksaraan melalui TBM, untuk menuju masyarakat yang beradab, sangat kental hubungannya,” tegasnya.
Lebih lanjut, Wartanto menjelaskan, ketika sudah gemar membaca, pihaknya terus mendorong agar masyarakat menjadi gemar menulis. Padahal, katanya, setiap orang punya ilmu, pengalaman, pengetahuan yang dapat didokumentasikan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat menjadi inspirasi bagi yang lain. “Untuk itu saya berterima kasih kepada para penggiat TBM untuk ikut mendorong masyarakat untuk mau menulis, baik dalam bentuk puisi, pengalaman, maupun yang lain,” ujar Wartanto.
Senada dengan Wartanto, Ketua Forum TBM Indonesia, Heri Hendrayana Harris atau lebih dikenal dengan nama pena Gol A Gong mengatakan, kemampuan membaca perlu ditingkatkan dengan menulis. “Pepatah Cina mengatakan, menulis adalah membaca dua kali. Maka, ketika kita sudah hobi membaca, jika tidak menulis, maka itu akan menguap sia-sia,” ujarnya.
Membaca, menurut Gong adalah menunda umur, sementara menulis berarti memperpanjang umur. Ketika seseorang hanya membaca dan tidak menulis, saat meninggal ia akan dilupakan begitu selesai dikuburkan. “Tapi jika menulis, maka usia kita barang kali seperti yang dikatakan Chairil Anwar, “Aku mau hidup seribu tahun lagi”. Mudah-mudahan semua yang hadir di tempat ini bisa hidup lebih panjang dari jazadnya, karena ada karya yang kita sumbangkan,” tambahnya.
Untuk itu, ia mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan oleh Kemdikbud dalam rangka memeriahkan peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) 2014 yang akan berlangsung hingga Sabtu (20/9/2014). Ada sebanyak 151 stan TBM dari seluruh Indonesia yang menampilkan beragam hasil karya dalam pameran tersebut. (Ratih Anbarini/PIH)
Komentar anda